Minggu, 21 Oktober 2012
MAKNA KONOTATIF
MAKNA KONOTATIF
Zgusta (1971:38) berpendapat makna konotatif adalah makna semua komponen pada kata ditambah beberapa nilai mendasar yang biasanya berfungsi menandai. Menurut Harimurti (1982:91) “aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasrkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca)”.
Sebuah kata disebut mempunyai makna konotatif apabila kata itu mempunyai “nilai rasa”, baik positif maupun negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi, tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Positif dan negatifnya nilai rasa sebuah kata seringkali juga terjadi sebagai akibat digunakannya referen kata itu sebagai sebuah perlambang. Jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang positif maka akan bernilai rasa yang positif; dan jika digunakan sebagai lambang sesuatu yang negatif maka akan bernilai rasa negatif. Misalnya, burung garuda karena dijadikan lambang negara republik Indonesia maka menjadi bernilai rasa positif sedangkan makna konotasi yang bernilai rasa negatif seperti buaya yang dijadikan lambang kejahatan. Padahal binatang buaya itu sendiri tidak tahu menahu kalau dunia manusia Indonesia menjadikan mereka lambang yang tidak baik.
Makna konotasi sebuah kata dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma-norma penilaian kelompok masyarakat tersebut. Misalnya kata babi, di daerah-daerah yang penduduknya mayoritas beragama islam, memiliki konotasi negatif karena binatang tersebut menurut hukum islam adalah haram dan najis. Sedangkan di daerah-daerah yang penduduknya mayoritas bukan islam seperti di pulau Bali atau pedalama Irian Jaya, kata babi tidak berkonotasi negatif.
Makna konotatif dapat juga berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini berkonotasi negatif karena berarti “cerewet” tetapi sekarang konotasinya positif. Sebaliknya kata perempuan dulu sebelum zaman Jepang berkonotasi netral, tetapi kini berkonotasi negatif.
1. 1 arti: ia memperhatikan -- setiap kata yg terdapat dl tulisan kuno itu; 2 maksud pembicara atau penulis; pengertian yg diberikan kpd suatu bentuk kebahasaan;
-- afektif makna emotif; -- denotasi Ling makna kata atau kelompok kata yg didasarkan atas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa, spt orang, benda, tempat, sifat, proses, kegiatan; -- denotatif makna yg bersifat denotasi; -- ekstensi Ling makna yg mencakupi semua objek yg dapat dirujuk dng kata itu; -- emotif Ling makna kata atau frasa yg ditautkan dng perasaan (ditentukan oleh perasaan): -- gramatikal Ling makna yg didasarkan atas hubungan antara unsur-unsur bahasa dl satuan yg lebih besar, msl hubungan antara kata dan kata lain dl frasa atau klausa; -- intensi makna yg mencakupi semua ciri yg diperlukan untuk keterterapan suatu kata (istilah); -- khusus makna kata atau istilah yg pemakaiannya terbatas pd bidang tertentu; -- kiasan makna kata atau kelompok kata yg bukan makna yg sebenarnya, melainkan mengiaskan sesuatu, msl mahkota wanita berarti 'rambut wanita'; -- kognitif Ling aspek-aspek makna satuan bahasa yg berhubungan dng ciri-ciri dl alam di luar bahasa atau penalaran; -- konotasi Ling makna (nilai rasa) yg timbul krn adanya tautan pikiran antara denotasi dan pengalaman pribadi; -- konotatif Ling makna yg bersifat konotasi; -- kontekstual Ling makna yg didasarkan atas hubungan antara ujaran dan situasi pemakaian ujaran itu; -- leksikal Ling mak-na unsur bahasa sbg lambang benda, peristiwa, dsb; -- lokusi Ling makna yg dimaksudkan penutur dl perbuatan berbahasa; -- luas Ling makna ujaran yg lebih luas dp makna pusatnya, msl makna sekolah dl kalimat ia bersekolah lagi di Seskoal (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut) yg lebih luas dp makna 'gedung tempat belajar'; -- pusat Ling makna kata yg umumnya dapat dimengerti walaupun kata itu diberikan tanpa konteks; -- referensial Ling makna unsur bahasa yg sangat dekat hubungannya dng dunia di luar bahasa (objek atau gagasan), dan dapat dijelaskan oleh analisis komponen; makna denotasi; -- sempit Ling makna ujaran yg lebih sempit dp makna pusatnya; -- suratan Ling makna denotasi; -- tak berciri Ling makna pusat; -- tautan konotasi; -- umum Ling kata atau istilah yg pemakaiannya menjadi unsur bahasa umum;
ber•mak•na v berarti; mempunyai (mengandung) arti penting (dalam): kalimat itu - rangkap;
- berbilang mempunyai (mengandung) beberapa arti;
mem•ber•mak•na•kan v menjadikan bermakna: terampilnya siswa berbahasa Indonesia berarti keberhasilan dl - pengajaran bahasa Indonesia;
me•mak•na•kan v menerangkan arti (maksud) suatu kata dsb
Disebut konotasi karena mengandung
makna tambahan, kesan, dan nilai rasa yang dinyatakan secara langsung
(kias). Konotasi adalah perubahan nilai arti kata disebabkan si pendengar
memakai perasaannya untuk mengartikan kata itu,
Perhatikan kalimat berikut.
1. Pada hari ulang tahun kakak mendapatkan bunga yang harum.
2. Semua pemuda mengagumi bunga desa yang cantik itu
Kata bunga pada kalimat nomor 1 mengandung makna denotasi.
Adapun kata bunga desa pada kalimat nomor 2 mengandung
makna konotasi. Konotasi dapat dibedakan antara konotasi positif
dan konotasi negatif. Konotasi positif mengandung nilai rasa lebih
tinggi, baik, halus, sopan, dan menenangkan. Konotasi negatif
mengandung nilai rasa rendah, jelek, kasar, kotor, dan tidak sopan.
Contoh kata gugur dan mampus makna denotasinya adalah mati,
namun kata mampus termasuk konotasi negatif sedangkan gugur
memiliki konotasi positif.
Perhatikan kalimat berikut.
Cut Nyak Dien gugur ketika berjuang melawan penjajah.
Kita mengenal beberapa makna kata, yakni makna leksikal,
struktural, dan kontekstual. Makna leksikal adalah makna kata yang
sesuai dengan kamus. Makna struktural adalah makna kata yang
relevan setelah kata itu ada dalam kalimat. Makna kontekstual adalah
makna kata berdasarkan uraian yang lebih luas disertai dengan
situasi yang berhubungan dengan tema atau kejadian tertentu. Ketiga
jenis makna itu saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam
membentuk makna sebuah wacana.
Kata-kata yang memiliki cakupan luas tersebut dalam bahasa
Indonesia dinamakan kata umum. Adapun kata-kata yang dapat
tercakup oleh kata yang lain dikelompokkan ke dalam kata khusus.
Kata umum sering juga disebut dengan superordinat atau
hipernim, sedangkan kata yang tingkatannya lebih rendah disebut
hiponim. Jadi kata mawar, melati, dan anggrek merupakan hiponim
dari bunga. Sebaliknya, kata bunga merupakan superordinat atau
hipernim bagi mawar, melati, anggrek, dan nama bunga yang lain.
Bentuk hipernim dan hiponim hampir sama dengan bentuk kata
umum dan kata khusus. Untuk dapat membedakannya, perhatikanlah
contoh kalimat berikut.
1. Kakak melihat paman sedang menyeberang jalan.
2. Adik sedang menonton pertandingan basket di televisi.
Kata melihat merupakan kata umum karena ruang lingkup
maknanya lebih luas dan dapat mencakup banyak hal. Adapun kata
menonton merupakan kata khusus. Bentuk khusus lain dari kata melihat
adalah mengamati, meneliti, menatap, memandang, melirik,
menyaksikan, dan menengok.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar